“ jadi … Kau akan tetap bersamanya? ”
Lirih seorang yeoja sambil menerawang langit hitam diatasnya. Sekuat tenaga ia mencoba untuk tidak menangis di hadapan namja chingu-nya itu.
Namun ia thdak dapat mengelak bahwa hatinya sangat sakit sekarang mendengar bahwa orang yang dicintainya itu lebih memilih untuk bersama cinta pertamanya dibandingkan dirinya.
“ Ne … aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri … aku mencintainya, Gyuna-ya … mianhae ”
Gyuna menatap Taemin yang menundukkan kepalanya. Sudah berulang kali Taemin mengatakan kalimat itu. Sedalam itukah cintanya untuk yeoja itu?
“ arrasso … bahagialah dengannya, dia yang terbaik untukmu ”
“ Gomawo, aku yakin kau akan mendapatkan namja yang lebih baik dariku , ”
“ … ”
Gyuna diam seraya memejamkan mata bulatnya. Rasa sakit itu kembali terasa tepat dihatinya.
Tess.. Tess.. Tess..
Gerimis yang sejak tadi turun berubah menjadi hujan dan membasahi taman itu. Baik Gyuna maupun Taemin masih diam tak bergeming, mereka larut akan pikiran mereka masing-masing.
“ Aku harus pergi ”
Ucap Gyuna dengan suara yang parau.
Hujan telah membasahi wajahnya sehingga air mata itu menjadi tak terlihat. Ia tersenyum miris saat sadar langit begitu peka dengan apa yang ia rasakan sekarang.
Yeoja itu berdiri dari duduknya kemudian kembali menatap Taemin yang ikut berdiri disampingnya. Ia tak sanggup saat melihat wajah malaikat itu tersenyum padanya.
Sakit …
Sangat sakit …
Taemin mendekat kemudian memeluk tubuh Gyuna dengan erat. Ia membenarkan bahwa masih ada ruang di hatinya untuk yeoja itu, tapi ia harus memendanya. Cinta pertamanya lebih berarti untuk saat ini.
“ Mianhae … ” bisik Taemin.
Ia tau, Gyuna tengah menangis saat ini. Menangis karenanya.
“ … ”
Gyuna melepas pelukan Taemin walaupun sebenarnya ia tak ingin. Kenyataan telah membuatnya sadar. Ia harus pergi dari kehidupan namja di hadapannya itu.
“ Gomawo … untuk segalanya geurigo … It’s ending for our story, right? ”
Gyuna kembali menatap wajah Taemin. Untuk terakhir kalinya. Setelah ini, ia akan menghilang dan ia harus bisa beradaptasi kembali.
Tidak akan ada lagi wajah Taemin diharinya, takkan ada lagi suara halus Taemin yang meramaikan harinya. Pelukan hangat namja itupun akan musnah, tak ada lagi nama Lee Taemin yang akan terucap dari bibir manis Gyuna.
“ Beri aku sebuah senyuman untuk mengakhiri semuanya ”
“ Kau harus pergi Taemin-ah, dia menunggumu disana ”
Gyuna melirik seorang yeoja mungil yang tengah berdiri disamping mobil Taemin dengan payung yang dipakainya.
“ Apa kau akan baik-baik saja? Gyuna-ya? ”
“ ne ”
“ Kalau begitu aku pergi duluan … selamat tinggal ”
“ ne … ”
Taemin berlari menghampiri yeoja-nya, sedangkan Gyuna masih berdiri disana dengan pandangan kosong.
Ada yang hilang saat siluet namja itu hilang. Sakit itu semakin menjalarinya membuat nafasnya terasa sesak. Dan air mata itu semakin deras mengalir dipipinya.
Ia terisak dibawah hujan. Tak peduli rasa dingin dari air hujan itu, ia hanya ingin meluapkan segalanya. Ia tau, ia tak mampu kehilangan sosok namja itu. Ia bahkan tak sanggup untuk kembali tersenyum.
Hampa …
Semuanya hampa …
“ Sosokmu adalah gambaran dalam hidupku
Suaramu adalah musik terindah dalam pendengaranku
Kehadiranmu menjadi awal indah dari ceritaku
Dan jika kau pergi …
Maka aku akan buta …
Aku kehilangan pendengaranku
Semuanya akan sepi dan mati
Kehilanganmu …
Akan menjadi akhir dalam ceritaku … ”
Cr : Im Gyuna